KEPEMIMPINAN DALAM DISKUSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, sedangkan Samani (2012) menyatakan bahwa diskusi adalah pertukaran pikiran (sharing of opinion) antara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh kesamaan pandang tentang sesuatu masalah yang dirasakan bersama. Dalam kenyataannya diskusi tak melulu mengenai suatu pembahasan ilmiah dan forum yang formal namun juga pembicaraan ringan yang kemudian memunculkan gagasan, seperti mendiskusikan film apa yang sedang hangat akhir pekan ini atau makanan apa yang belakangan menjadi kegemaran kaum remaja.

Dalam pelaksanaannya sering kita temui setidaknya terdapat satu orang yang menjadi pemimpin dalam diskusi. Biasanya mereka adalah orang yang menengahi pembicaraan dan mengambil keputusan atau jalan tengah dari perdebatan atas topik yang sedang diperbincangkan. Menurut Fritz Redl (1942), pemimpin adalah seseorang yang menjadi titik pusat yang mengintegrasikan kelompok. Selain itu pemimpin juga adalah mereka yang berkecakapan sehingga dapat mendorong anggotanya untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudriamunawar (2006:1), bahwasanya pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika kita tengok implementasinya dalam suatu diskusi maka pemimpin inilah orang yang dirasa paling berkecakapan yang selanjutnya akan menjadi sentral atas jalannya diskusi, dan bertugas mengatur, memimpin, serta memberi keputusan. 

Seorang pemimpin tentunya tak dapat semena-mena dalam melakukan tugasnya,terlebih mengenai pengambilan keputusan. Seorang pemimpin harus tahu betul bagaimana cara memimpin jalannya diskusi yang baik dan benar. Hal tersebut untuk memastikan bahwa diskusi akan dapat berjalan lancar dan keputusan yang nantinya diambil tidak akan menguntungkan satu pihak saja atau malah merugikan pihak yang lain. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang pemimpin dalam memimpin jalannya suatu diskusi. Pertama, seorang pemimpin harus tahu betul apa yang sebenarnya menjadi topik atau pokok pembahasan dalam diskusi tersebut. Pemimpin hendaknya adalah orang yang paling memahami topik pembahasan sehingga ia tahu apa yang seharusnya ia lakukan dan apa yang tidak, serta keputusan mana yang nantinya harus ia tetapkan. Kedua, seorang pemimpin haruslah mereka yang tegas dan berani mengambil keputusan sesuai fakta yang ada. Jangan sampai seorang pemimpin adalah mereka yang mengambil keputusan secara sepihak tanpa memperdulikan fakta yang ada. 

Ketiga, seorang pemimpin haruslah orang yang cerdas dalam mempertimbangkan kebijakan dan mengambil keputusan. Mereka harus tau apa-apa saja yang seharusnya menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Keempat, seorang pemimpin haruslah orang yang mengayomi. Seperti yang kita tahu dalam suatu diskusi tentu hanya akan ada satu suara sebagai hasil akhir, oleh karenanya penting menjadi pemimpin yang mengayomi untuk memastikan bahwa keputusan apapun yang didapat harus dapat diterima oleh semua anggotanya tanpa adanya suatu paksaan. 

Menjadi pemimpin memang tak melulu soal jabatan dan kekuasaan. Mereka yang memimpin jalannya diskusi pun juga seorang pemimpin, sama-sama memiliki tanggung jawab, sama-sama mengemban amanah. Oleh karenanya mereka haruslah orang yang terpercaya dan berkompeten. Setiap keputusan dan hasil akhir ada di tangan mereka, apa yang mereka putuskan adalah apa yang akan dilaksanakan, maka penting bagi seorang pemimpin untuk tau etika dalam kepemimpinan.   

Oleh : Aisyah Ghulam Alwutsqo


DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, diakses pada tanggal 3 November 2021 melalui : https://kbbi.web.id/diskusi 

Samani, M. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudriamunawar, Haryono (2006). Kepemimpinan, Peran Serta dan Produktivitas. Bandung : Mandar Maju.

Redl, F. (1942). Group emotion and leadership. Psychiatry: Journal for the Study of Interpersonal Processes, 5, 573–596.



Komentar